Senin, 27 Januari 2014

ETIKA KEGAWAT DARURATAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.    Latar Belakang
Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan. Selama ini pelayanan kebidanan tergantung kepada sikap social masyarakat dan keadaan lingkungan dimana bidan bekerja. Kemajuan social ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Pelayanan kebidanan juga diberikan kepada masyarakat yang mengalami kasus kegawat daruratan medik. Dimana kegawat daruratan medik merupakan suatu kondisi yang dalam pandangan penderita, keluarga atau siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit, memerlukan pelayanan medik segera. Kondisi ini berlanjut hingga petugas kesehatan yang professional menetapkan bahwa keselamatan penderita atau kesehatannya tidak terancam. Namun keadaan keagaan kegawat daruratan yang sebenarnya adalah kondsi klinik yang memerlukan pelayanan medik. Kondisi tersebut berkisar antara yang memerlukan pelayanan ekstensif segera dengan rawat inap di rumah sakit dan yang memerlukan pemeriksaan diagnostik atau pengamatan, yang setelahnya mungkin memerlukan atau mungkin juga tidak memerlukan rawat inap.
Gawat darurat edik dapat timbul pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Gawat darurat dapat menimpa seseorang karena penyakit mendadak atau akut atau kecelakaan dan dapat menimpa sekelompok orang seperti pada kecelakaan massal, bencana alam atau karena peperangan. Penderita gawat darurat ini memerlukan pelayanan medik yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau. Dalam pelayanan medik itulah para petugas kesehatan dituntut untuk benar-benar menghayati dan mengamalkan etik profesinya, karena dalam kondisi gawat darurat aspek psikoemosional memegang peranan penting, baik bagi penerima pelayanan medik maupun bagi etugas yang terkait.
Dalam kasus pelayanan kebidanan kegawatdaruratan apabila petugas kesehatan tidak melaksanakan pelayanan kebidanan kegawatdaruratan sesuia dengan standar dan kode etik yang ada maka  akan timbul iisu etik dalam kasus kegawat daruratan.

II.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui issu etik dalam asuhan kebidanan kegawat daruratan.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Teori
A.1 Kode Etik Kebidanan
    Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi dan memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
    Kide etik kebidanan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Konggres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada Kongres Nasional IBI ke XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berprilaku, Kode Etik Bidan Indonesia mengandung beberpa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah tujuan dan bab.

B.    Standar Penanganan Kegawat Daruratan Kebidanan
Adapun yang menjadi standar dalam penanganan kegawat daruratan kebidanan adalah :
a.    Penanganan perdarahan pada kehamilan
b.    Penanganan kegawatan pada eklamsi
c.    Penanganan kegawatan pada partus lama atau macet
d.    Persalinan dengan foscep rendah
e.    Persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
f.    Penanganan Retensio Plasenta
g.    Penanganan perdarahan post partum primer
h.    Penanganan perdarahan post partum sekunder
i.    Penanganan sepsis puerperalis
j.    Penanganan asfiksia

C.    Issu Etik Dalam Asuhan Kebidanan Kegawat Daruratan Kebidanan
Issu etik dan dilemma dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat :
a.    Agama
b.    Hubungan dengan pasien
c.    Hubungan dokter dengan bidan
d.    Kebenaran
e.    Pengambilan keputusan
f.    Pengambilan data
g.    Keatian yang tenang
h.    Kerahasiaan
i.    Aborsi
j.    AIDS
k.    In Vitro Fertilization
Issu etik sering timbul pabila seorang tenaga kesehatan melakukan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar. Sehingga menimbulkan issu negatif dilapisan masyayarakat. Issu etik tentang pelayanan kebidanan kegawat kedaruratan yang sedang hangat pada saat ini adalah issu tentang sering terjadinya kasus malpraktek dalam penanganan kegawat daruran dan issu tentang rujukan kasus kegawat daruratan yang terlambat sehingga mengancam jiwa ibu.

D.    Pembahasan Sesuai Dengan Contoh
Salah satu contoh issu etik dalam kasus kegawat daruratan adalah terlambatnya pasien dengan kasus kala dua memanjang dirujuk ke rumah sakit. Hal ini disebabkan karena bidan atau petugas kesehatan sering menunda-nunda rujukan pasien dengan memberikan oksitosin kepada pasien dengan harapan pasien akan dapat melahirkan secara normal. Hal ini tentunya akan melanggar kode etik krena tindakan tersebut idak sesuai dengan starndar penangan peralinan macet.













BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi dan memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
Issu etik sering timbul pabila seorang tenaga kesehatan melakukan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar. Sehingga menimbulkan issu negatif dilapisan masyayarakat.
Oleh karena itu agar tidak adanya issu etik adalam kasus kegawat daruratan maka bidan harus menggunakan standar dalam penanganan kasus kegawat daruratan.












DAFTAR PUSTAKA

Amir & Hanafiah.  1999.  Etika dan Hukum Kesehatan.  Jakarta : EGC
http://wwwEtika.com , diambil tanggal 04 April 2005












SOP BEKAM STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

SOP BEKAM
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
Standard Operating Procedure (SOP) merupakan satu set pedoman dalam suatu organisasi yang menjelaskan prosedur kegiatan rutin. SOP sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. SOP  klinik Bekam dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan agar kualitas pelayanan dari Klinik Bekam ataupun Praktek Bekam terstandart, seluruh pelanggan/pasien akan merasakan pelayanan yang sama tanpa dibedakan status sosialnya.

I. SOP INSTRUMEN KLINIK BEKAM
Menggunakan alat kop (Kop Bekam) dengan beberapa ukuran, dari yang kecil dengan diameter 1.5 cm hingga 7 cm, beserta hand pump-nya, sehingga kekuatan tarikan/penyedotannya dapat diatur sesuai dengan harapan pelanggan.
Alat pengeluaran darah bekam berupa pisau bedah steril atau surgical blade nomor 15 beserta scaple sebagai gagangnya, bukan silet cukur yang sama sekali tidak steril.
Kasa steril untuk membersihkan darah dan mensteril kulit yang hendak dihijamah (bekam), bukan tissue atau kain perca yang sama sekali tidak steril dan bahkan berbahaya bagi pasien.
    Klempean untuk menjepit kapas steril saat mensteril medio hijamah (bekam)
    Nampan dan kom dari bahan steinless steel
    Handglove atau sarung tangan
    Facemasker untuk pelindung hidung dan mulut penghijamah
    Alkohol konsentrasi minimal 70% untuk membersihkan kulit yang hendak dihijamah
    Yodium povidone sebagai antiseptic yang memang bersifat sporosidal
    Minyak Herba Jawi 99, minyak habbatussauda' untuk mempercepat penyembuhan dan penutupan luka bekas torehan.
    Kursi khusus untuk pasien
    Divan (tempat tidur) pasien
    Verban Tromol berbagai ukuran
    Sterilizer
    Dan beberapa instrument lainnya sebagai penunjang

II. INSTRUMENTARIUM & ALAT-ALAT HIJAMAH (ALAT-ALAT BEKAM)
Dalam merawat pasien, Rawat Sehat Mugi Barokah (RS. Mubarok) menggunakan instrumentarium standar medis modern yang steril, higienis dan tidak akan membahayakan pasien, yaitu:
- Alat Kop Angin
Alat Kop menggunakan kop angin, sehingga kekuatan cupping disesuaikan dengan kondisi pasien yang dirawat, bukan menggunakan tanduk hewan yang tidak steril. Alat Kop yang dipakai dari berbagai merk dianataranya : Alat Kop ABI, KZ dan sammora
- Surgical Blade (Pisau Bedah) Steril
Pisau bedah steril yang terbungkus rapat menggunakan aluminium voil, ada masa kadaluwarsanya dari pabrik. Bahkan RS. Mugi Barokah menggunakan surgical blade produksi Jerman, meskipun harganya lima kali lipat dari harga barang serupa dari Taiwan atau Cina. Metode hijamah (Bekam) di RS. Mugi Barokah tidak menggunakan SILET, karena silet tidak steril dan justru berbahaya bagi pasien karena dapat menjadi carsinogen (biang kanker), yang dampaknya baru muncul setelah beberapa tahun kemudian.


- Scaple.
Gagang surgical blade dengan bentuk khusus dari bahan stainless yang memang sudah disesuaikan dengan bentuknya.
- Antiseptik
Fungsinya sebagai pembersih dan sterilisasi kulit yang hendak dihijamah (bekam), sesuai standar bedah minor
- Minyak Habbatussauda dan Herba Jawi 99
Fungsinya sebagai penutup dan penyembuh luka sayatan pada akhir proses hijamah, yang keampuhannya tidak mampu dikalahkan obat mana pun. Bahkan dengan teknik tertentu, dalam jangka waktu sekitar 10 jam, bekas luka sayatan tidak lagi terasa perih dan sudah sembuh, karena memang sayatan metode RS. Mugi Barokah sangat tipis, sehingga pasien nyaris tidak merasakan apa pun saat disayat.
- Kasa Steril
Kasa kualitas halus dipergunakan untuk sterilisasi kulit hijamah dan pembersih darah, sehingga tidak dikhawatirkan akan terjadi inveksi dan dampak lainnya karena penggunaan alat pembersih darah lain yang tidak steril dan bukan standar medical. Karena itu RS. Mugi Barokah tidak menggunakan TISSU atau pembersih lainnya yg tidak steril.
- Hand Glove
Sarung tangan dari bahan karet elastis, sebagai pelindung tangan dari sentuhan secara langsung dengan darah, RS. Mugi Barokah menggunakan Hand Glove pepermint sehingga tidak mengeluarkan bau apek sebagaimana sarung tangan pada umumnya.
- Face Masker
Tutup hidung dan mulut sesuai standar medis modern, sebagai pelindung dari dampak uap darah hijamah yang cukup keras.


- Klem Pean
Alat penjepit kasa steril dari bahan stainless yang mudah dibersihkan dan disteril ulang
- Bak, kom & Verban Tromol
Alat-alat penunjang dari bahan steinless yang mudah dibersihkan dan disteril ulang, sebagai wadah dan penampung beberapa jenis instrumen
- Rak Instrumen
Standar penggunaan rak instrumen sebagaimana dalam dunia medis
- Headlamp
Sebab alat penerang ketika penerangan kurang memadai, terutama saat melakukan torehan.

METODE STERILISASI ALAT BEKAM
Karena hijamah (bekam) merupakan metode pengobatan dengan mengeluarkan darah dan hampir semua instrumen (alat-alat bekam) bersentuhan dengan darah pasien, maka semua instrumen harus dibersihkan terutama dari unsur darah pasien, sehingga penghijamah (pembekam) merasa aman, dan pasien yang dirawat tidak akan tertular penyakit dari pasien yang sebelumnya menggunakan instrumen yang sama. Bahkan untuk beberapa kasus tertentu, pasien harus membeli alat-alat sendiri. Program sterilisasi instrumen di Rumah Sehat Mugi Barokah melalui beberapa tahapan berikut :
    Pembersihan darah yang menempel di cup menggunakan cairan Hydrogen Piroxyde (H2O2) dengan kadar 3%
    Pembersihan instrumen bekam dengan air mengalir
    Perendaman instrumen bekam dengan cairan desinfektan NaOCl (chlorin) dengan kadar 5%, perbandingan 1 : 9.
    Penirisan instrumen bekam di lemari khusus
    Sterilisasi instrumen bekam dengan menggunakan alat khusus yang disebut Dry sterilizing electric, dengan pemanasan antara 120 derajat Celcius hingga 200, tergantung jenis alat yang disteril dan tempo sterilisasi
    Kasa steril, kapas steril dan cup setril dimasukkan di sterelizing drums - tromol steril
    Ruangan hijamah dilengkapi dengan lampu UV, yang akan dihidupkan secara periodik

SATUAN ACARA PENYULUHAN CUCI TANGAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN
CUCI TANGAN

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN VI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah                       :  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pokok Bahasan            :  Cara Mencuci Tangan
Sub Pokok Bahasan     :  6 Langkah Mencuci Tangan
Sasaran                         :  Lansia BPSTW Pakutandang - Ciparay Kab. Bandung
Waktu                           :  1 jam
Tanggal                         :  09 September 2013
Tempat                          :  Aula BPSTW Pakutandang – Ciparay Kab. Bandung
Penyuluh                       : Kelompok II PPN STIKes Bhakti Kencana Bandung

A.    Latar Belakang
Hand hygiene atau kebersihan tangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu hand washing dan hand rub. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan.

B.    Tujuan Intruksional Umum ( T I U )
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit, diharapkan masyarakat mampu mengerti, memahami dan dapat mempraktekan tentang 6 langkah cara mencuci tangan yang benar dan sehat.

C.    Tujuan Intruksional Khusus ( T I K )
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, masyarakat diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian mencuci tangan
2. Menyebutkan tujuan mencuci tangn
3. Menjelaskan kapan waktu mencuci tangan
4. Menyebutkan alat-alat yang diperlukan dalam mencuci tangan
5. Mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar dan sehat

D.    Metode dan Media
•    Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab dan mendemonstrasi.
•    Media yang digunakan leaflet

E.    Materi Penyuluhan
1.      Pengertian Mencuci tangan yang baik & benar
2.      Waktu mencuci tangan
3.      Manfaat mencuci tangan
4.      6 Langkah mencuci tangan yang baik & benar (Materi Terlampir)

F.    Materi
Terlampir

G.    Proses Belajar :
NO. 
  Tahap Kegiatan Penyuluhan Kesehatan    Kegiatan Penyuluhan Kesehatan    Kegiatan Pasien dan keluarga

3.    Pembukaan
(5 menit)    o    Mengucapkan salam.

o    Menyebutkan nama dan asal.
o    Menjelaskan tujuan.
o    Mengkaji tingkat pengetahuan Pasien dan keluarga tentang mencuci tangan yang baik & benar    o    masyarakat membalas salam.
o    masyarakat menerima kehadiran mahasiswa dengan baik.

o    Masyarakat memahami tujuan dengan baik.
o    Masyarakat berpartisipasi dalam diskusi awal.

    Inti
(20  menit)    o    Menjelaskan tentang Pengertian Mencuci tangan yang baik & benar,Waktu mencuci tangan,Manfaat mencuci tangan, 6 Langkah mencuci tangan yang baik & benar

o    Memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.    o    masyarakat mendengarkan dan memperhatikan dengan baik.
o    masyarakat mengajukan pertanyaan.
    Penutup
(5 menit)    o    Mengevaluasi tujuan penyuluhan kesehatan.

o    Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan dan memberi salam penutup.    o    masyarakat  mampu menjawab /menjelaskan kembali.
o    masyarakat membalas salam.


G.  Evaluasi
1.      Struktural
a)      Persiapan media yang akan digunakan (LCD, leaflet)
b)      Persiapan  tempat yang akan digunakan
c)      Kontrak waktu
d)     Persiapan SAP
2.      Proses
a)      Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang disampaikan
b)      Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan
c)      Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan

3.      Hasil
a)      Peserta mampu memahami pengertian mencuci tangan.
b)      Peserta mampu memahami manfaat mencuci tangan.
c)      Peserta mampu memahami kapan saja perlu mencuci tangan.
d)     Peserta mampu meredemonstrasikan 6 langkah mencuci tangan yang baik & benar.

H.  Sumber
    Http ://www.Kampanye Nasional.com/2007 : cara cuci tangan dan menggosok gigi.
    A.Poter, Patricia, Pery, 2002, Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Mosby:Elsevier Science.
    Buku panduan keperawatan praktek prodi keperawatan PurwokertoDepartemen Kesehatan RI  1996.
    Media Sehat Edisi 4 terbitan Januari 2010
    Penuntun umum untuk petugas puskesmas.Jakarta.Departemen Kesehatan. 1995.
    Pedoman Pelatihan, Modul dan Materi Dokter Kecil . Jakarta

Lampiran Materi

6 LANGKAH MENCUCI TANGAN YANG BAIK & BENAR

A.    Pengertian
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air (Larsan, 1995).

B.    Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh.
Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:
1. Supaya tangan bersih
2. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
4.Mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS

C.    Waktu Mencuci Tangan
1.    Sebelum kontak ke pasien
2.    Sebelum tindakan asepsis
3.    Sesudah kontak dengan pasien
4.    Sesudah kontak dengan cairan pasien
5.    Sesudah kontak dengan lingkungan pasien

D.     6 langkah dalam mencuci tangan
Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan sehat adalah :
1.    Basahi kedua telapak anda dengan air mengalir, lalu croot kan sabun ke telapak usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak tangan.
2.    Gosok masing- masing pungung tangan secara bergantian.
3.    Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari.
4.    Gosokan ujung jari (buku-buku)dengan mengatupkan jari tangan kanan terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian,
5.    Gosok dan putar ibu jari secara bergantian
6.    Gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian

•    Keringkan tangan dengan tissue atau handuk bersih.